Berdarah-darah untuk mandiri
Pengalaman pahit karena penolakan tersebut, begitu membekas di benaknya. Sebagai pengganti, ia pun berusaha mandiri dengan nekat menjadi seorang pengusaha. Berbekal pengalamannya berjualan semenjak di bangku sekolah menengah, Adjie mendapatkan tawaran dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di kampusnya untuk mengelola toko mereka. Padahal, dirinya pada saat itu baru satu semester menjalani perkuliahan.
Bahkan ketika satu tahun berkuliah, Adjie berani berbisnis dengan skala yang lebih besar. Ia pun berhasil memenangkan tender pembuatan kaos mahasiswa sebanyak 1.200 buah yang diselenggarakan oleh kampusnya. Sayangnya, uang muka sebesar 30 persen dari kampus yang diberikan kepadanya, tidak memenuhi persyaratan bagi pabrik konveksi yang akan mengerjakan pesanannya. Pabrik tersebut mematok 50 persen uang muka di awal. Untuk mensiasati hal tersebut, dirinya terpaksa menjaminkan KTP miliknya agar pesanan kaos bisa segera dikerjakan.
Next>>