Terjatuh saat berkerja, Kakek Ini biarkan Tulang Tangannya tergantung selama bertahun tahun

by -88 Views

Sosok pria berusia 84 tahun, Sonto Wiryo seperti menyatu dengan alam.

Ia samar-samar terlihat di antara pohon dan semak dalam sebuah kebun nan rimbun di lereng perbukitan Dusun Crangah, Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sonto bertubuh mungil sekitar 150 cm. Garis keriput memenuhi wajahnya.

Ia muncul dari balik kebun yang sepi sambil memikul tumpukan bongkok atau dahan kering pelepah kelapa.

Tumpukan yang dipikulnya itu lebih panjang dan lebih lebar dari ukuran tubuhnya. Tapi, si kakek tetap saja tenang berjalan, seolah bongkok bukan beban.

Warga memanggilnya Mbah Sonto. Hari-hari mencari bongkok yang digunakan sebagai bahan bakar memasak nira menjadi gula kelapa.

Produksi gula kelapa ini dijalani bersama Mujikem (80 tahun), istrinya.

“Niki ngangge genen (ini untuk pengapian tungku),” kata Sonto, Minggu (17/11/2019). Sonto masih memikul bongkok di bahu kiri. Ujung bibirnya sering kali menyungging senyum.

Kakek Sonto seperti halnya warga lain, sejatinya tampak biasa saja.

Namun, Sonto menarik perhatian lantaran lengan atas sebelah kanan patah sehingga lengan bawahnya menggantung.

Daging lengan atas yang biasanya otot berganti bulat tonjolan tulang patah. Kondisi ini dibiarkannya selama lebih 19 tahun sampai sekarang.

“Niki patah. Mboten saget (tangan diangkat). Kulo dawah saking inggil,” kata Sonto.

Ia mencoba menjelaskan bahwa tangannya patah karena terjatuh dari ketinggian. Suaranya terdengar parau dan seperti hampir habis ketika berbicara.

“Tulang itu nggantung tertahan urat dan otot saja,” kata Barno (48), anak Sonto yang paling bungsu.

Dalam perjalanan waktu, kondisi kakek renta Sonto pun menjadi pemandangan biasa.

“Dengan kondisi seperti itu, warga sangat memahami. Misal dia tidak ikut kegiatan di warga, warga mengerti,” kata Nartono (44), tetangga dekat sekaligus kerabat si kakek di Crangah.

Kisah Sonto Jadi Motivasi Warga

 

Nartono mengungkapkan, derita Sonto malah sering memotivasi dan menjadi cerita pembangkit semangat warga untuk melakukan banyak hal.

Sang kakek seolah tidak lelah bekerja. Dalam keterbatasannya, Sonto tidak ubahnya mereka yang normal.

Tangan kanannya memang tidak digunakan maksimal, tapi Sonto tidak terlambat mencari ramban pada pukul 06.00 WIB.

Ramban sebutan bagi pakan sapi atau kambing.

Ia juga rajin mencari kayu bakar dari blarak kering atau pelepah pohon kelapa yang gugur dan kering di kebun-kebun tak bertuan.

Ia mencari pakan ternak naik turun di antara tebing, jurang dan lereng bukit ekstrem khas kontur Dusun Crangah.

Ia tak lupa merapikan ramban dan bongkok sepulang ke rumah. Ia bekerja sampai menjelang sore. Begitu terus setiap hari.

“Palingan hanya pulang istirahat siang 1 jam lalu pergi lagi mencari ramban,” kata Barno.

Sementara itu, warga juga menilai aksi sosial pria kelahiran tahun 1935 ini baik.

Nartono bercerita, Sonto suka terlibat dalam kerja bakti. Ia menunjukkan bahwa keterbatasan manusia bukan halangan.

Sonto masih mampu mengangkat pacul hingga memecah batu. Soal sumbangan juga serupa.

“Jiwa sosialnya besar. Saat mau ada kegiatan sadran, dia duluan menyumbang. Orang lain belum,” kata Nartono.

Sonto menjalani masa muda sebagai penderes nira kelapa. Ia melakukan pekerjaan ini sejak masih bujang. Ia bisa memanjat 20 pohon di kebun miliknya setiap hari kala sehat bugar.

Mujikem yang memasak nira jadi gula. Produksi gula merah ini menjadi penghasilan utama mereka.

Musibah jatuh dari pohon membuat rumit keadaan belasan tahun silam. Musibah mengakibatkan lengannya patah.

Kini, suami istri ini mengandalkan cucunya untuk menyadap nira.

Sonto dan Mujikem kini menghabiskan sisa hari untuk membuat gula nira kelapa. Sonto mencari bongkok sebagai bahan bakar produksi gula.

Mujikem memasak gula. Mereka berdua membuat 1-4 kilogram gula merah setiap hari. Mereka menghasilkan Rp 50.000 setiap dua hari.

“Palingan dapat uang 2 hari sekali dari gula” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *