Sejumlah unggahan soal pancaran sinyal SOS di Pulau Laki, Kepulauan Seribu ramai diperbincangkan netizen. Terkait hal itu, Basarnas masih mengecek kebenaran sinyal tersebut.
“Sampai saat ini saya belum menerima informasi tersebut, belum menerima datanya. Nanti kita akan cek sesuai informasi yang kita berikan tadi,” kata Direktur Operasi Basarnas, Brigjen TNI (Mar) Rasman, kepada wartawan, Rabu (20/1).
Ia menegaskan, pihaknya tak mau berspekulasi, apakah sinyal itu terkait dengan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 atau tidak. Hingga saat ini, ia belum mendapatkan informasi akan adanya korban yang selamat dari peristiwa tersebut.
“Sampai saat ini tidak ada keterangan yang kita dapatkan bahwa ada penumpang yang hidup. Jadi untuk yang tanda SOS tadi kita coba dalami nanti ya. Saya tidak mau berspekulasi apa yang ada di situ,” ucap Rasman.
Rasman menduga, sinyal tersebut bisa saja dikirim dari beberapa kru SAR yang juga membuka posko di Pulau Laki. Hal itu dilakukan untuk memudahkan tim bergerak ke lokasi.
“Untuk diketahui, tim penyelam kita itu ada yang berposko di Pulau Lancang, ada juga yang berposko di Pulau Laki. Kemudian ada juga yang di Tanjung Kain. Jadi mereka membentuk posko-posko itu kan untuk memudahkan mereka bergerak, karena tidak semua ada di atas kapal, kapal jumlahnya terbatas,” tutup Rasman.
SOS merupakan tanda bahaya yang menggunakan kode Morse Internasional. Tanda ini pertama kali digunakan pada 1 April 1905 oleh Jerman. Tanda ini digunakan untuk meminta pertolongan dengan segera.