Semua kebiasaan Haikal ini, jelas Nur Aida, tidak ia ajarkan melainkan muncul dari kemampuannya sendiri. Bahkan, ia sendiri mengaku terharu dengan kemampuannya anaknya yang serba bisa saat berusia dua tahun.
Indra, sang ayah, menyebutkan, dirinya berniat menyekolahkan Haikal di TK gampong setempat, saat dia berumur 4 tahun. Jika sudah layak sekolah ia pun berencana memasukan Haikal sekolah di SD gampong setempat.
“Semoga Haikal tidak minder dengan teman-temannya,” sebut Indra.
Terlahir dengan keterbatasan fisik, kedua orangtuanya mengaku bangga dengan anaknya Haikal.
“Saya ingin Haikal sukses dan berguna bagi nusa dan bangsa,” ujar Nur Aida.
Sejak mengetahui Haikal lahir dengan kondisi keterbatasan fisik ia ikhlas menerima takdir.
Ia yakin Haikal merupakan amanah yang harus disyukuri dan diasuh dengan baik.
“Allah maha adil, maha pengasih dan penyayang. Dalam kekurangannya Haikal punya banyak kelebihan. Ia jarang sakit, jarang nangis, bahkan rezekinya dan rezeki kami selalu ada,” kata Nur Aida.
Petugas TKSK Idi Rayeuk, Rahmat Hidayat, mengatakan, Haikal tergolong Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) yang mendapat bantuan biaya hidup Rp 250.000 bulan dari APBK Aceh Timur yang disalurkan Dinsos Aceh Timur sejak tahun 2015.
Terkait bantuan ini, Nur Aida, mengaku sangat bersyukur sehingga sejumlah kebutuhan Haikal dapat terpenuhi.
Namun saat ini, katanya, Haikal, minta dibelikan Ipad untuk belajar.
Untuk itu, ayahnya yang berprofesi sebagai buruh kasar masih berusaha mencari biaya untuk membelikan permintaan si buah hatinya.
Jika ada pihak yang berniat berbagi kebahagiaan, Silahkan menghubungi keluarganya.
🙂