Merdeka.com – Gempa dahsyat mengguncang dua Kabupaten di Sulawesi Barat, Mamuju dan Majene pada Kamis (14/1) malam dan Jumat (15/1) pagi.
Kadis Info Sulbar, Safar menjelaskan, daerah yang paling terdampak gempa tersebut yakni di Kabupaten Mamuju. Hingga kini belum bisa dipastikan, berapa jumlah korban.
“Di Majene, Sulawesi Barat tapi dampaknya di Mamuju paling besar ini,” jelas Safar dihubungi merdeka.com, Jumat (15/1).
Safar mengatakan, saat ini tim masih terus melakukan proses evakuasi. Banyak bangunan rumah warga, pemerintah bahkan rumah sakit rata dengan tanah. Oleh sebab itu, hingga kini pihaknya belum bisa memastikan berapa korban jiwa dalam bencana alam tersebut.
“Kita belum bisa mendeteksi ini, karena masyarakat masih panik semua ini belum tahu. Ada beberapa emang kurang lebih 10 orang, tapi kan masih banyak korban ini. Karena hotel ini kita enggak tahu berapa korban. Hotel, gedung pemerintah juga begitu banyak, ada rumah sakit berapa yang roboh rata dengan tanah. Sehingga memang kondisi saat ini belum bisa diprediksi,” jelas Safar lagi.
Sejumlah orang yang tak lagi memiliki rumah tinggal juga telah diberikan tempat untuk mengungsi sementara. Khawatir ada gempa susulan dalam peristiwa semalam.
Sebab, hingga pagi ini sekitar Pukul 08.00 WITA, gempa masih dirasakan warga.
“Sekitar jam 8 kurang lebih (gempa lagi),” katanya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majene melaporkan bangunan yang rusak di antaranya sebuah hotel dan kantor Gubernur Sulawesi Barat.
“Kerugian material berupa kerusakan, antara lain Hotel Maleo dan Kantor Gubernur Sulbar mengalami rusak berat (RB). Jaringan listrik masih padam pascagempa,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Jumat (15/1).
Dari data sementara dilaporkan BPBD Majene gempa juga mengakibatkan longsor di 3 titik. Serta 62 rumah dilaporkan rusak.
“Sementara itu, BPBD Majene menginformasikan longsor 3 titik sepanjang jalan poros Majene-Mamuju (akses jalan terputus), sebanyak 62 unit rumah rusak (data sementara), 1 unit Puskesmas (RB) dan 1 Kantor danramil Malunda (RB),” kata dia.
Dampak gempa juga tak hanya material. Tiga warga juga dilaporkan meninggal dunia akibat gempa yang berpusat 6 kilometer timur laut Majene, dan terjadi sekitar pukul 01.28 WIB.
“Data per Jumat (15/1), pukul 06.00 WIB, BPBD Mamuju melaporkan korban meninggal dunia 3 orang dan luka-luka 24. Sebanyak 2.000 warga mengungsi ke tempat yang lebih aman,” kata Raditya.
BPBD setempat melakukan penanganan darurat, seperti penanganan korban luka, evakuasi, pendataan dan pendirian pos pengungsian. Kebutuhan mendesak saat ini berupa sembako, selimut dan tikar, tenda keluarga, pelayanan medis dan terpal.
Berdasarkan analisis peta guncangan BMKG yang diukur dengan skala MMI atau Modified Mercalli Intensity, gempa Magnitudo 6,2 ini memicu kekuatan guncangan IV-V MMI di Majene, III MMI di Palu, Sulawesi Tengah dan II MMI di Makasar, Sulawesi Selatan. Skala Mercalli tersebut merupakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa.
“Deskripsi BMKG pada skala V MMI menunjukkan getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Jumat (15/1).
Sedangkan IV MMI, skala ini menunjukkan pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela dan pintu berderik serta dinding berbunyi. Skala III MMI menunjukkan adanya getaran dirasakan nyata di dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Berikutnya II MMI, ini menunjukkan adanya getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Gempa kuat dengan magnitudo 6,2 dirasakan warga Majene pada Jumat (15/1) dini hari. Gempa magnitudo 5,9 sebelumnya juga kuat dirasakan warga di beberapa kabupaten pada Kamis (14/1) siang. [rnd]