Titan Saturnus: Tempat Peradaban Asing yang Jarang Terlihat

by -46 Views



TeknoNews


,


Jakarta


– Sebuah penelitian yang belakangan dipublikasikan di
The Planetary Science Journal
menyebutkan kemungkinan keberadaan

alien

di

Titan

, bulan terbesar

Saturnus

, namun jumlahnya sangat sedikit. Hasil studi yang terbit pada 7 April 2025 itu membuat upaya pendeteksian kehidupan di planet lain lebih menantang.

Titan dikenal sebagai salah satu objek paling menarik di Tata Surya karena memiliki sungai, danau, serta lautan. Wilayah perairan Titan terdiri dari metana dan etana cair, serta sebuah lautan air yang tersembunyi di bawah permukaannya. Kandungan organik yang melimpah di satelit alami itu membuat para ilmuwan mempertimbangkannya sebagai kandidat tempat hidup, seperti Bumi.

“Kami berfokus pada apa yang membuat Titan unik bila dibandingkan dengan bulan es lainnya, yakni kandungan organiknya yang melimpah,” ujar Antonin Affholder, peneliti pascadoktoral dari Departemen Ekologi dan Biologi Evolusi Universitas Arizona, dikutip dari

Space.com

pada hari Kamis, tanggal 24 April 2025.

Affholder, yang disebut-sebut sebagai salah satu penulis dari studi pendampingan ini, menjelaskan bahwa dengan adanya ketersediaan bahan organik yang berlimpah di Titan, planet satelit Saturnus tersebut mestinya tak kurang akan nutrisi penting untuk mendukung keberlangsungan hidup. Analisis semacam itu diperkuat oleh temuan model bioenergetika; yakni permodelan matematika yang digunakan untuk memperkirakan jumlah energi yang dibutuhkan pada rangkaian reaksi biokimia tertentu.

Tim peneliti telah mengidentifikasi bahwa hipotesis terkuat untuk eksistensi kehidupan di Titan berkaitan dengan proses fermentasi, sebuah cara dalam metabolisme yang tak bergantung pada adanya oksigen. Proses serupa dipercaya juga pernah berlangsung di Bumi saat permulaannya. “Kita tidak harus merumuskan kemungkinan-kemungkinan spesulatif tentang apa yang mungkin maupun tidak mungkin terjadi di Titan,” jelas Affholder.

Titan mempunyai atmosfir solid yang penuh dengan reaksi fotokimia, sehingga terus mensintesis molekul organik rumit. Kedua jenis molekul tersebut diduga menumpuk di lapisan atas planet. Melalui mekanisme tukar-menukar zat dan reaksi geokimia, deposit-deposit itu pun mungkin sampai ke samudera bawah tanahnya—menjelaskan potensi ada tempat tinggal baru.

Affholder tetap menggarisbawahi bahwa seluruh temuan tersebut belum tentu menjelaskan bahwa Titan dapat mendukung kehidupan secara luas. Sebab, tidak semua zat organik ini cocok sebagai sumber nutrisi. “Osean Titan sungguhlah besar serta tukar-menukar antara osean dengan permukaan, di mana semua bahan organik itu ada, amat dibatasi,” jelasnya.

Pada simulasi tersebut, para peneliti mengambil glisin, yaitu asam amino termudah dan paling banyak ditemukan di Tata Surya. Temuan mereka menyatakan bahwa Titan memiliki potensi untuk memfasilitasi pertumbuhan mikroorganisme lewat proses fermentasi; meski demikian, jumlah populasi mereka akan tetap terbatas.

“Mungkin hanya cukup untuk mendukung populasi mikroorganisme yang sangat terbatas dengan total bobot hanya sekitar beberapa kilogram saja. Sama seperti berat dari sebuah anjing kecil,” jelas Affholder.

Keberadaan bahan organik, lanjutnya, masih belum menjamin bahwa Titan sudah memenuhi kriteria tempat berhuni sebagaimana diperkirakan oleh manusia. Riset tersebut mengungkap hal itu.
The Planetary Science Journal
Hanya mengonfirmasi eksistensi kehidupan di Titan. Akan tetapi, usaha untuk mendeteksi wujud kehidupan di sana setara dengan pencarian jarum dalam tumpukan jerami.