Masuk Anggota Black Metal
Sejak kelas 3 SMP, Nurul sudah belajar bermain musik, baik gitar, drum, hingga bass dengan temannya. Keahliannya di bidang musik, menghantarkannya sebagai pemain band kecil-kecilan.
Nurul yang suka bermain musik, pernah ditentang oleh mamaknya.
Karena dianggap sebagai buang-buang waktu. Tapi dia tetap melaju dan terus tekun belajar gitar dari kakak laki-lakinya.
Akhirnya Nurul diajak oleh temannya untuk bergabung dalam band Black Metal. Dia bermain gitar dan bass begitu handal. Banyak panggilan manggung di wilayah Jambi. Uangnya sengaja ditabung untuk membeli motor.
Karyawan Warung Cabai di Pasar
Perjalanan hidup Nurul semakin ditempa. Dia ingin mencari sambilan pekerjaan lagi. Akhirnya mendapat tawaran dari teman untuk bekerja di pasar.
Setiap malam Nurul bekerja di warung agen cabai di pasar, terkadang sampai tengah malam. Jika cabai sedang banyak, dia bisa kerja sampai shubuh tiba. Nurul akan menerima uang tambahan Rp5 ribu atas jasa menggendong setiap karung cabai ke pembeli.
Pernah Jadi Tukang Parkir dan Cuci Motor
Pekerjaan serabutannya sebagai personel band dan karyawan agen di pasar, dirasa masih ada waktu luang yang bisa diisinya. Abang atau sapaan akrab kakak laki-laki Nurul, mengajak dirinya jadi tukang parkir.
Pendapatan yang cukup besar baginya kala itu. Meski termasuk pekerjaan kasar bagi seorang perempuan. Kemudian berlanjut bersama abangnya memberi jasa mencuci motor.
Jadi Karyawan Foto Copy dan Warnet
Seiring berjalannya waktu, dia merasa ingin memiliki pekerjaan tetap yang bisa memenuhi keinginannya memiliki motor. Nurul mendapat pekerjaan sebagai karyawan foto copy.
Memiliki pemimpin yang baik dan murah hati, dia mendapat tawaran untuk rangkap kerja sebagai penjaga warnet. Nurul merasa puas bisa bekerja di tempat itu.
Rela Jual Motor
Mengetahui bahwa ada pembukaan pendaftaran Korps Wanita TNI AD, Nurul kembali bersemangat untuk memenuhi cita-citanya dulu. Saat membawa berkas ke Jambi, ternyata pendaftaran tahun itu hanya telah berpindah ke Palembang.
Karena sesampainya di Palembang, ternyata pendaftaran tinggal 2 hari. Demi bisa mendapat uang untuk membeli tiket pesawat bolak-balik dari Jambi dan Palembang, dia rela menjual motor hasil tabungannya selama ini.
“Untuk bolak-balik dari Jambi ke Palembang, terus ke Jambi sama Palembang lagi, saya jual motor saya,” ujar Nurul.
Sempat Putus Asa
Kondisi Nurul yang sudah tidak memiliki motor, untuk biaya pesawat itu dirasa sudah menjadi perjuangan puncaknya jadi anggota Akmil TNI.
Dia sudah begitu pasrah, kalau di kesempatan kali itu dia gagal lagi, maka sudahi saja. Nurul merasa putus asa, tidak akan lagi mencoba ke sekian kalinya lagi mendaftar Akmil.
Multitalenta di Bidang Musik
Keahlian Nurul di bidang musik membawa keberuntungan tersendiri. Dia dipanggil untuk tes pertama, yakni berakting tengah memainkan musik, dari gitar, bass, dan drum.
Kala itu, corps Ditajenad memang tengah mencari bibit muda unggul yang memiliki kelebihan di seni musik. Nurul tidak menyangka, passion yang pernah dipandang rendah, kini berbuah manis.
Nurul Mau Berkembang
Nurul kerap memberikan sikap yang baik dan mau berkembang. Dia kerap dipuji kapten di corps nya, serta oleh Kolonel CAJ Eko Waluyo, selaku Kasubdit Binmindiasahprah Ditajenad.
Selain itu, menurut pelatih musiknya di TNI AD Mayor CAJ Prabu, Nurul termasuk sosok yang mau belajar, hanya dengan sedikit pancingan.
“Dia mencoba terus, mengeksplor dirinya. Padahal cuma di kasih pancingan. Cello kalau duet, kalau kuartet enak lho. Sampai dia akhirnya bisa buat untuk orkes,” ujar Mayor CAJ Prabu Kasi Sikmil Ditajenad.
Video Bincang Singkat dengan Serda Nurul Aisawa
Berikut penggalan video perbincangan dengan Serda Nurul Aisawa. Sosok yang begitu menginspirasi. Berjuang dari nol hingga rela jadi buruh serabutan dan berhasil menjadi Kowad TNI AD.