Tak Diakui Keluarganya, Nenek 71 Tahun ini Sampai Makan dan Tidur di Atas Tumpukan Sampah

by -77 Views

Seorang nenek di Nunukan, Kalimantan Utara, Waginem, tinggal sebatang kara di usianya yang mencapai 71 tahun.

Hidupnya merana sebab tak ada keluarga yang mengakuinya.

Nenek Ginem, demikian dia disapa, tinggal di rumah kecil, hanya berukuran 3×4 meter.

Tak cuma kecil, kondisinya mengenaskan serta tak terawat karena dipenuhi sampah dan menimbulkan bau tak sedap.

Rumah penuh sampah

Di Rumah yang berada di RT 07, Nunukan Barat itulah Nenek Ginem melakukan aktivitas makan hingga tidur.

Padahal segala jenis sampah menumpuk di rumahnya, mulai dari plastik sampai daun bekas bungkus makanan.

Tak heran, banyak hewan seperti tikus dan kecoa berkeliaran di rumah tersebut.

“Namanya sampah baunya menyengat, sudah pasti tikus, kecoa betah, kita kasihan tapi tidak bisa apa-apa” kata Ketua RT 07 Nunukan Barat, Sugeng menuturkan keseharian nenek Ginem, Rabu (6/1/2021).

Setiap makan, Ginem duduk di atas sampah dan langsung membuang sisa makanan di dalam rumah.

Begitu pula saat tidur, Ginem merasa tidak masalah dengan tumpukan sampah itu.

Ginem bahkan biasa tidur di dalam sarungnya yang sangat kotor di atas tumpukan sampah.

Teriak dan marah

Ginem dikenal sebagai orang yang keras dan temperamental.

Hal itulah yang menyebabkan masyarakat kesulitan membantu Ginem.

Sebab ketika dibantu, Ginem justru marah-marah dan teriak-teriak.

“Dia memang suka marah kalau barangnya ada yang sentuh, bahkan kalau masyarakat sekitar bantu membersihkan rumah, dia marah marah, sampahnya dia kembalikan lagi ke rumahnya,” kata Sugeng.

Bahkan petugas Dinas Sosial yang mendatangi rumahnya pun mengaku sulit memberikan pemahaman pada Ginem.

Tidak diakui keluarga

Sifat pemarahnya itu tidak terlepas dari kisah hidup Ginem yang menyedihkan.

Tidak ada keluarga yang mengakui keberadaannya.

Ginem sebenarnya memiliki rumah peninggalan almarhum suami, namun terbakar pada tahun 2015.

“Rumah peninggalan almarhum suaminya terbakar pada sekitar 2015 lalu, sejak itu ia menempati rumah bantuan pemerintah Kalimantan Timur, rumah dengan kategori SSS (Sangat Sederhana Sekali),” lanjut Sugeng.

Dia banyak menghabiskan waktu dengan berjalan tanpa tujuan.

Ketika pulang, dia biasanya membawa makanan dan uang pemberian orang lain.