Dengan berbagai kegagalan yang dialami, maka malaikat maut akhirnya melaporkan kejadian tersebut kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian Allah berfirman: “Tulislah nama-Ku di telapak tanganmu, lalu tunjukkan tulisan tersebut kepada ruh orang mukmin itu. Karena cintanya terhadap nama-Ku itu, niscaya ruh orang mukmin ini akan keluar dengan sendirinya dari mulutnya.” Demikianlah, dengan berkah Allah akhirnya sang mukmin tidak merasakan pedihnya sakaratul maut itu. Tidak hanya itu, dia juga akan terhindar dari murka Allah.
Di riwayat lainnya disebutkan bahwasanya malaikat maut sewaktu akan mencabut ruh dari seorang mukmin, maka ruhnya mengatakan, “Aku tidak akan ikut selagi engkau belum diperintahkan untuk urusan ini.” Lalu ruh orang mukmin itu menuntut alamat dan tanda-tanda sambil berkata: “Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikan aku dan memasukkan aku ke dalam tubuhku, dan pada waktu itu engkau tidak ada. Tapi kenap sekarang engkau mau mengambil aku?”
Mendengar hal itu, maka malaikat maut kembali menghadap Allah subhanahu wa ta’ala. Lalu Allah berfirman, “Apakah engkau telah mencabut ruh dari seorang hamba-Ku?” Malaikat maut berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya hamba-Mu telah berkata begini dan begitu… dan ia telah menuntut alamat dan tanda-tanda kepadaku.” Allah berfirman kembali: “Sungguh benar ruh hamba-Ku. Wahai malaikat maut, pergilah kau ke surga, ambillah Tuffah dan itulah tanda-tanda-Ku. Karena itu perlihatkanlah hal itu kepada hamba-Ku.” Malaikat maut lalu berangkat ke surga dan mengambil tuffah yang di atasnya tertulis “Bismillaahir rahmaanir rahiim.” Setelah tuffah diperlihatkan kepada ruh hamba yang mukmin tadi, maka sang ruh keluar dengan cepat, tidak ada rasa sakit sedikit pun.
Disebutkan dalam hadits, apabila seorang hamba sudah sampai kepada naza’ (kondisi kritis), maka akan terdengar panggilan dari Allah, “Tinggalkan dia sampai beristirahat satu jam.” Demikian pula jika ruh sudah sampai kedua lutut dan pusar. Jika sudah sampai pada kerongkongan, maka datanglah panggilan: “Tinggalkan dia sampai anggota-anggota tubuhnya meminta izin berpisah dengan anggota tubuh lainnya.” Maka, mata yang satu akan meminta izin kepada mata sebelahnya sambil mengucapkan salam: “Assalammu ‘alaikum ila yaumil qiyamah (keselamatan semoga tetap bagimu sampai hari kiamat).” Demikian pula antara kedua telinga, tangan, kaki, semuanya melakukan hal yang sama. Lalu ruh mengucapkan selamat tinggal kepada tubuh.