Jakarta, CNBC Indonesia – WhatsApp memutuskan untuk menunda kebijakan privasi terbarunya setelah membuat banyak penggunanya meninggalkan aplikasi chatting ini. Pengguna berbondong-bondong beralih dari WhatsApp ke Telegram dan Signal karena khawatir privasi datanya bocor dengan kebijakan privasi terbarunya.
Artinya, WhatsApp belum akan menggunakan kebijakan privasi baru ini hingga tanggal 8 Februari yang ditetapkan sebagai tenggat waktu pembaharuan tersebut. Selama penundaan ini WhatsApp akan memberikan sosialisasi kepada pengguna mengenai privasi dan keamanan.
“Kami telah mendengar dari begitu banyak orang betapa banyak kebingungan yang terjadi seputar pembaruan terbaru kami. Pembaruan ini tidak memperluas kemampuan kami untuk berbagi data dengan Facebook. Kami akan mensosialisasikan secara bertahap untuk meninjau kebijakan dengan kecepatan sebelum opsi bisnis baru tersedia pada 15 Mei,” kata WhatsApp dalam sebuah posting blog yang dikutip dari AFP Sabtu (16/1/2021).
Adapun, pembaruan tersebut hanya berlaku untuk percakapan dengan akun bisnis yang menggunakan WhatsApp Business API dan memilih provider hosting di luar WhatsApp. Artinya seluruh chat pengguna tidak akan bisa dibaca ole siapapun termasuk WhatsApp dan Facebook.
“Kami tidak dapat melihat pesan pribadi Anda atau mendengar panggilan Anda, begitu pula Facebook,” kata WhatsApp dalam posting blog sebelumnya.
“Kami tidak menyimpan catatan tentang siapa yang mengirim pesan atau menelepon setiap orang. Kami tidak dapat melihat lokasi yang Anda bagikan dan begitu pula Facebook,” imbuhnya.
Menurut WhatsApp data lokasi termasuk dalam perlindungan enkripsi end-to-end.
“Kami memberikan bisnis opsi untuk menggunakan layanan hosting aman dari Facebook untuk mengelola obrolan WhatsApp dengan pelanggan mereka, menjawab pertanyaan, dan mengirim informasi bermanfaat seperti tanda terima pembelian,” kata WhatsApp dalam sebuah pos.
Pakar teknologi mencatat bahwa persyaratan baru WhatsApp dari penggunanya membuat kebijakan yang mengikat secara hukum yang telah banyak digunakan sejak 2016.
Facebook bertujuan untuk memonetisasi WhatsApp dengan memungkinkan bisnis untuk menghubungi klien melalui platform, menjadikannya wajar bagi raksasa internet untuk memusatkan beberapa data di servernya.