MSG merupakan singkatan dari Monosodium Glutamat, dan sering juga disebut vetsin alias mecin. MSG pertama kali ditemukan oleh ahli kimia asal Jerman pada tahun 1866 dan digunakan untuk menambah cita rasa masakan agar lebih lezat.
MSG alami sebenarnya sudah ada pada kaldu ayam, daging, wortel, kentang, bawang putih, dan sebagainya. Saat dimasak, bahan makanan tersebut juga menghasilkan zat monosodium glutamat.
Berbagai mitos tentang efek samping MSG tidak memiliki bukti ilmiah yang kuat. Badan pengawasan makanan seperti US Food and Drug Administration (FDA) menggolongkan MSG sebagai bahan yang secara umum aman jika dicampurkan ke dalam makanan.
1. MSG Tidak Berbahaya Jika Tidak Berlebihan
Sebenarnya MSG aman dikonsumsi dalam makanan sehari-hari. Proses pembuatan MSG dari fermentasi tetes tebu, bukan dibuat dari zat kimia. MSG memiliki 3 kandungan utama di dalamnya yakni asam glutamat sebesar 78%, natrium 12%, dan air 10%.
Asam glutamat sebagai kandungan paling besar dalam MSG merupakan asam amino, yaitu komponen penyusun protein yang justru sangat dibutuhkan tubuh manusia.
2. MSG Bisa Menimbulkan Alergi
Memang ada orang-orang tertentu yang sensitif terhadap MSG. Mereka bisa mengalami gatal, kemerahan di kulit, sesak, atau reaksi alergi lainnya saat mengonsumsi MSG.
Efek samping yang bisa muncul apabila mengonsumsi MSG dalam jumlah yang berlebihan adalah mual, muntah, hingga sakit kepala.
3. MSG Lebih Aman daripada Garam
Kandungan natrium MSG hanya 12% dibandingkan garam yang mencapai 36%. Hal ini menyebabkan garam lebih berpotensi mengakibatkan hipertensi daripada MSG.
4. MSG Tidak Menyebabkan Kebodohan
Mitos yang marak beredar di masyarakat bahwa MSG selalu dikaitkan dengan kebodohan tidaklah benar. Penelitian membuktikan bahwa tidak ada korelasi langsung antara kebodohan dengan makanan yang mengandung MSG.
