TeknoNews
Rasanya takut akan penyuntikan atau jarum mungkin dianggap sepele oleh banyak orang, namun untuk mereka yang merasakan hal tersebut, rasa takut ini bisa berubah jadi momen sungguh-sunguh mendebarkan dan bahkan sakit.
Hanya dengan memandangi desain jarumnya saja sudah cukup untuk menimbulkan kepanikan, detak jantung menjadi cepat, telapak tangan basah oleh keringat, dan seluruh tubuh terasa lemah.
Berdasarkan ilmu psikologi, kecemasan ini tidak hanya timbul akibat rasa sakit saja, melainkan dapat pula berasal dari aspek kepribadian serta pengalaman sebelumnya yang mengarah pada cara tubuh merespons ketakutan tertentu dalam diri seseorang.
Berdasarkan artikel di Global English Editing pada hari Selasa (22/4), berikut adalah 7 karakteristik kepribadian umum yang ditemukan pada individu dengan ketakutan akan suntikan, sesuai penjelasan psikologi.
1. Khawatir ketika menantikan giliran untuk disuntik
Orang yang khawatir dengan suntikan umumnya tidak hanya gelisah saat proses penyuntikan itu sendiri, tetapi juga sangat gugup tentang keseluruhan rangkaian acara yang menuju ke arah pemberian suntikan tersebut.
Sebagai contoh, ketika berada di area menunggu klinik, mereka langsung merasa cemas. Menonton orang lain yang sedang disuntik, mendengar bunyi peralatan medis, hingga mendengarkan dokter bicara dengan santainya dapat mengundang rasa khawatir.
Seseorang dengan sifat demikian akan terus-menerus mengkhawatirkan penderitaan ataupun keadaan buruk meskipun jarum belum juga kelihatan. Ketakutan tersebut dapat menimbulkan detakan jantung kencang, telapak tangan basah oleh keringat, hingga dorongan untuk melarikan diri dari lokasi tersebut.
Segala hal tersebut terjadi lantaran otak mereka telah menciptakan gambaran seram semenjak awal, walaupun mereka belum mendapatkan suntikan apapun.
2. Takut kehilangan kendali atas tubuh mereka atau situasi
Alasan pokok mengapa beberapa orang khawatir dengan suntikan adalah mereka merasa kehilangan kontrol terhadap kondisi mereka sendiri. Mereka tidak dapat menentukan waktu suntik, posisi jarum, ataupun durasi dari tindakan tersebut.
Perasaan ketidakmampuan ini menyebabkan rasa kecemasan pada diri mereka. Ketika ada di lingkungan klinik, mereka merasakan bahwa segala sesuatu sepenuhnya dikontrol oleh para dokter ataupun perawat.
Mereka khawatir tubuhnya akan merespons dengan cara-cara yang sulit dikontrol, misalnya tertawa tanpa henti, bergemetar, atau malah pingsan. Rasa tidak bisa memegang kendali atas diri sendiri saat keadaan demikian membuat rasa takut semakin mendalam.
Mereka mengira dirinya dalam ancaman, tetapi kenyataannya cuma sedang melalui tahapan perawatan medis.
3. Memilih untuk kabur alih-alih menemui jarum suntik
Orang dengan ketakutan terhadap penyuntikan biasanya lebih memilih untuk menjauhi semua kondisi yang mencakup proses tersebut.
Mereka biasanya memilih untuk mengundur-undur pemeriksaan darah, ragu-ragu dengan vaksinasi, atau malahan menolak tindakan medis krusial cuma lantaran ketakutan terhadap suntikan.
Meskipun mereka sadar bahwa lari dari masalah tidak akan memecahkan itu, perasaan ketakutan mereka masih begitu intens.
Sayangnya, kecenderungan untuk berlindung malah mengeraskan rasa takut tersebut. Tiap kali mereka sukses mengelak dari suntikan, otaknya menyimpulkan bahwa cara bersembunyi adalah jawabannya, meskipun sebenarnya hal itu cuma mengekspose masalah lebih lama.
4. Hanya dengan melihat jarumnya saja sudah langsung ketakutan.
Untuk beberapa orang, ketakutan tidak berasal dari khawatir akan disuntik, tetapi lebih pada ketidakmampuan untuk menanggung pandangan fisik jarum tersebut.
Alat tajam berbahan logam yang mengilumikan ini dapat segera menyebabkan respons alami semacam merasa mual, pusing, atau ingin menangis.
Meski belum tertusuk jarum, sekadar melihatnya dari kejauhan pun telah cukup untuk menyebabkan mereka panik dan detak jantung meningkat. Hal ini merupakan respons alamiah yang intens dan sukar diatur.
Respon semacam ini umumnya terjadi secara natural sebagai tanggapan dari tubuh. Oleh karena itu, walaupun mereka menyadari bahwa injeksi jarum suntik bermanfaat dan aman, ketakutan masih timbul dengan sendirinya.
5. Sebelumnya pernah memiliki pengalaman tidak menyenangkan terkait jarum suntik
Banyak individu yang menghindari suntikan sebenarnya memiliki riwayat trauma dari masa lalu. Mungkin pada waktu anak-anak, mereka telah ditusuk oleh perawat dengan sikap keras dan tidak menyenangkan, atau mungkin juga pernah merasakan rasa sakit ekstrem ketika divaksin.
Pengalaman seperti ini dapat terpatri erat di memori dan bertahan sampai usia dewasa. Tiap kali melihat jarum atau mendengar kata “injeksion”, pikiran mereka segera kembali pada peristiwa buruk tersebut.
Oleh karena itu, ketakutan dia tidak terletak hanya pada rasa sakit fisik, tetapi justru pada luka batin yang masih mengganggu.
6. Merasa jarum suntik terasa lebih menyakitkan daripada kenyataannya
Orang dengan ketakutan akan suntikan umumnya memiliki sensitivitas ekstra terhadap rasa nyeri. Ketika diberi suntikan, mereka merasakan kesakitannya sebagai hal yang luar biasa mengejek; sementara itu bagi orang lain mungkin hanya dianggap sebagai sensasi pedih singkat dan tidak begitu intens.
Rasa ketakutan ini dapat menyebabkan mereka lebih terfokus pada penderitaan, sehingga intensitas tersebut makin dirasakan secara berlebihan. Hal ini tidak bermaksud bahwa tubuh mereka sungguh-sungguh mengalami kesengsaraan ekstra, tetapi justru otaklah yang mempertinggi persepsi akan hal itu.
Semakin intens rasa takut dan ketakutan seseorang, maka akan semakin meningkat juga pengalaman nyeri yang dialaminya. Oleh karena itu, jarum berukuran kecil dapat terasa sangat menyakitkan untuk beberapa orang.
7. Khawatir akan pusing atau merasa lemah setelah diinjeksi
Ketakutan terhadap suntik pada beberapa orang juga disertai dengan rasa takut akan pingsan atau merasa lemas setelah disuntik.
Mereka khawatir tubuh mereka tidak akan kuat menerima suntikan dan akan jatuh atau kehilangan kesadaran. Padahal, sebagian besar dari mereka mungkin belum pernah benar-benar pingsan setelah disuntik.
Namun, pikiran mereka terus-menerus membayangkan skenario buruk, seperti jatuh di depan umum atau merasa tidak enak badan setelahnya.
Perasaan ketakutan itu menyebabkan mereka menjadi lebih cemas dan susah untuk rileks. Terkadang, sekedar memikirkan skenario tersebut pun bisa membuat mereka merasa pusing atau lesu.
Ini lebih dari sekedar rasa takut normal, melainkan kekhawatiran yang mendalam tentang rasa tidak nyaman dalam menghadapi jarum suntik.