Mengenal Yudi Utomo, Penemu Kontainer Limbah Nuklir yang Diagung-agungkan Amerika

by -198 Views

 

Dosen Sekaligus Peneliti Teknologi Nuklir yang Teladan

Meskipun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) belum begitu digalakkan di Indonesia, namun sudah banyak para peneliti di bidang tersebut yang mulai memberikan masukan-masukan untuk negeri ini. Dilansir dari republika.co.id, dalam masa pemerintahan Presiden Jokowi, ketersediaan listrik 35 ribu megawatt (MW) merupakan salah satu tujuan yang harus dipenuhi.

Namun, sumber tenaga listriknya belum ada yang menggunakan jasa dari PLTN. Sebagai peneliti teknologi nuklir, sosok yang memiliki gelar Dr. Ir. Yudi Utomo Imardjoko ini memberikan saran terhadap pemerintah agar segera memanfaatkan PLTN, sebagaimana banyak negara maju yang sudah mulai menggunakan hal tersebut. Ia juga menyarankan tentang pemanfaatan thorium sebagai tenaga pembangkit listrik, daripada uranium.

Pesan Dr. Ir. Yudi Utomo Imardjoko Bagi Generasi Muda

Dilansir dari wawancara republika.co.id dengan pakar nuklir Indonesia ini, beliau mengatakan masih banyak PR yang harus dikejar oleh bangsa kita untuk bisa menstabilkan keadaan di dalam negeri, utamanya masalah PLTN. Hingga sekarang belum ada PLTN dengan standar yang mumpuni, sehingga mimpi Yudi untuk menggalakkan PLTN berbahan bakar thorium masih belum bisa tercapai.

Ia memberikan pesan pada generasi muda penerus bangsa untuk menanggung jawabi masalah limbah akibat PLTN berbahan bakar thorium itu nantinya, jika bisa terealisasi. Namun, Yudi menggaris bawahi hal tersebut bukan semata-mata memojokkan generasi sekarang untuk menanggung beban atas apa yang dilakukan generasi mereka. Maka dari itu, Yudi pun menegaskan bahwa dirinya telah mengirimkan surat kepada Presiden Jokowi agar tidak terjadi perpecahan antar generasi.

Menjadi anak bangsa yang berprestasi ternyata tidak gampang. Makanya banyak dari mereka yang akhirnya membawa penelitiannya ke luar negeri agar bisa direalisasi serta bukan jadi tanggung jawab pemerintah sendiri untuk menindak lanjuti, karena nyatanya setelah penelitian itu berhasil, sang peneliti pun harus pintar-pintar memutar otak untuk mengaplikasikan inovasinya serta memprediksikan dampak buruk yang bisa terjadi ke depannya.

 

Sumber: www.boombastis.com