Pondok pesantren (ponpes) yang diharapkan menjadi sebuah ladang untuk menimba ilmu, malah dihuni oleh seorang predator seks buas seperti kiai SB. Kejadian ni terjadi di wilayah Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Publik semakin geram saat mendengar kiai bejat itu mengaku khilaf atas perbuatan yang ia lakukan secara berulang sejak tahun 2018 lalu. Dengan entengnya ia mengatakan hal itu melalui konferensi di Mapolres Jombang.
Dari kabar yang beredar, korban yang sudah ternodai oleh predator seks berusia 49 tahun titu kurang lebih 15 santriwati. Dalam menjalankan aksinya, SB memanfaatkan statusnya sebagai petinggi ponpes untuk membuat para korban menuruti kemauannya.
SB mencari target santriwati yang memiliki paras cantik. Jika ia sudah mendapatkan targetnya, kemudian ia akan mendatangi asrama santriwati itu. SB mengetuk pintu kamar santriwati yang jadi sasarannya, dan masuk ke dalam. Kemudian, ia akan memaksa korban berhubungan badan dengannya atau melakukan seks oral.
“Karena yang bersangkutan ini sebagai pimpinan pondok pesantren sehingga ada rasa takut korban,” ujar AKBP Agung Setyo Nugroho dalam konferensi pers di Mapolres Jombang, Senin (15/2/2021).
ingga kini, sudah enam orang korban yang melapor. Namun, diduga besar kemungkinan jika korban masih banyak namun mereka belum melapor. Agus Setyo Nugroho mengatakan jika korban rata-rata berusia 16 dan 17 tahun.
Salah satu santriwati mengatkan, jika SB sering memaksa korban untuk melakukan sek oral dengan alasan agar ilmu yang diterima korban bisa berkah di kemudian hari. SB sudah melakukan perbuatan bejat ini sebanuak tiga kali kepada santriwati tersebut.
Lebih mengejutkan, salah satu dari korban merupakan pacar dari anak kandung SB. Merasa sudah tidak kuat lagi menahan siksaan kiai bejat, kemudian santriwati malang asal Jogoroto itu pun memilih kabr dari pondok pesantren.
“Bukan asal Jombang saja, ada juga korban yang dari Jawa Tengah, dari luar daerah. Kemungkinan ada lagi, nanti kita kembangkan lagi,” terang Agung.
Agung megatakan jika buntut dari kasus ini, warga sekitar pondok pesantren mendesak pemerintah dan polisi untuj menutup pondok pesantren tersebut. Agung juga mengatakan jika saat ini semua santri sudah dipulangkan sampai masalah ini diproses.