Inilah nasib pahit yang harus diterima keluarga Ngadiono (52). Ia beserta istri, Sumini (44), dan tiga anaknya terpaksa tinggal di kandang sapi dan kambing yang ada di Sungai Oya, Padukuhan Kedungranti, Kelurahan Nglipar, Kapanewon Nglipar.
Ngadiono dan sekeluarga sebelumnya hidup enak di sebuah hunian dengan fasilitas cukup. Namun harta bendanya itu dijual demi melunasi utang pada rentenir dan juga utang di bank konvensional.
Sebelum memutuskan menjual rumah, Ngadiono bersama istri dan anak-anaknya lebih dulu mengupayakan bekerja di luar kota untuk membayar utang.
“2012 itu saya merantau ke Bangka Belitung bekerja di perkebunan sawit. Tahun 2013 istri saya dan dua anak menyusul. Kerja di sana untuk membayar utang karena utang sana banyak,” tuturnya, dilansir Kompas.com.
Tapi apa daya, usahanya melunasi utang tidak berhasil. Bunga yang tinggi membuatnya terpaksa merelakan rumahnya pada tahun 2018, dan sejak itu ia bersama keluarga memutuskan tinggal di sebuah gubuk di tengah kawasan hutan milik Perhutani.
“Jadi awalnya itu kami tinggal di gubuk tengah hutan dari 2018 sampai 2021 dan baru pindah ke sini sejak 4 bulan terakhir,” ungkapnya.
Kondisi dalam kandang hewan yang disulap jadi tempat tinggal ini sangat memprihatinkan. Hanya terdapat kasur tipis yang sudah kusam dan perabotan sederhana.
Yang lebih memprihatinkan lagi, mereka juga harus menghirup udara tak sedap setiap berada di dalam ‘rumah’ karena terdapat 3 ekor sapi dan 2 ekor kambing.