Dosen IPB Bahas Penyebab Utama Peningkatan Suhu Permukaan Bumi

by -165 Views



TeknoNews


,


Jakarta


– Peristiwa peningkatan temperatur lapisan atas bumi
bumi
Dalam beberapa tahun belakangan ini, termasuk di sepanjang tahun 2024, bukan hanya dipengaruhi oleh elemen alami saja. Para ahli Meteorologi Tropis mengungkap hal tersebut.
IPB University
Rahmat Hidayat menyebutkan bahwa pemanasan global yang terjadi sekarang disebabkan oleh dua hal: aktivitas manusia atau antropogenik serta fenomena alam seperti pemanasan permukaan laut.
El Nino
.

“Jika membicarakan mengenai peningkatan suhu permukaan, tentu tak terlepas dari beberapa penyebab, di antaranya yaitu fenomena El Nino,” ungkap Rahmat dalam pernyataan tertulis pada hari Kamis, tanggal 24 April 2025.

Meski begitu, dia menyatakan bahwa El Nino tidak menjadi faktor tunggal dalam meningkatnya temperatur permukaan. “Naiknya suhu juga amat tergantung pada emisi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida hasil aktifitas manusia. Zat-zat tersebut memiliki sifat sebagai perangkap panas, akibatnya mencegah pemanasan Bumi dilepaskan ke atmosfir,” ujarnya.

Faktor-faktor yang dipengaruhi manusia, misalnya pembakaran bahan bakar fosil serta penggundulan hutan, memiliki peranan penting dalam kenaikan temperatur permukaan Bumi. Sementara itu, kejadian seperti El Niño, yang dikenali dari pertambahan temperatur permukaan lautan di Pasifik, ikut mempengaruhi pemanasan global.

“Gabungan dari gas rumah kaca yang dikeluarkan dan anomali pemanasan laut karena fenomena El Niño ini lah yang mendorong percepatan kenaikan suhu di permukaan bumi,” katanya.

Sebagai Ketua Bagian Meteorologi dan Polusi Udara di Departemen Geofisika dan Meterologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB University, Rahmat menguraikan dampak dari fenomena El Nino dan La Nina terhadap keadaan iklim yang ekstrim.

Dia menjelaskan bahwa fenomena El Nino biasanya memperburuk kondisi kemarau di Indonesia dengan mendorong massa udara lembab naik dan bergerak ke area lain, sedangkan La Nina bisa menimbulkan hujan ekstrem.

“El Niño menghasilkan penurunan abnormal dalam jumlah hujan, mengeraskan masa kemarau dan dapat menyebar api di hutan. Di sisi lain, La Niña dapat menciptakan banjir atau genangan air di area pertanian akibat curah hujan yang sangat tinggi,” jelasnya.

Terkait bencana banjir yang baru-baru ini menghantam beberapa wilayah, termasuk Puncak Bogor sampai Bekasi, Rahmat berpendapat bahwa fenomena tersebut mungkin disebabkan oleh intensitas hujan yang sangat tinggi. Namun demikian, situasi ini dapat semakin memburuk akibat pengelolaan serta penutupan lahan yang tidak baik.

“Terkadang intensitas hujannya tak begitu ekstrim, namun lapisan tanah kehilangan kemampuan untuk meresapkan air karena adanya perubahan dalam pemanfaatan lahan. Banyak area penyerapan yang sudah berubah fungsinya menjadi wilayah bisnis atau tempat tinggal,” jelasnya.

Rahmat menyinggung tentang dua strategi pokok dalam usaha meredam efek dari perubahan iklim di skala dunia, yaitu melalui penyesuaian (adaptasi) dan pencegahan (mitigasi). “Contoh adaptasinya adalah pembangunan bendungan atau mendesain bangunan agar berada pada ketinggian yang dapat mencegah genangan air saat banjir,” jelasnya. Sedangkan mitigasi mencakup langkah-langkah semisal mengurangi konsumsi sumber daya energi fosil, bermigrasi menggunakan teknologi energi alternatif, sekaligus juga memperketat kontrol atas degradasi hutan dan pelepasan gas-gas buangan industri.”

Dia juga menggarisbawahi bahwa penanganan emisi bukanlah tugas semata-mata pemerintah, melainkan menjadi respons dari seluruh masyarakat, institusi, serta setiap orang. “Tiap langkah sederhana, apabila dikerjakan bersama-sama, dapat memberikan dampak signifikan terhadap planet kita,” katanya.