– Prosesi pernikahan yang seharusnya menjadi momen indah, justru meninggalkan sedu sedan bagi Ryan Pag-asa Casidsid. Pria asal Filipina ini berdiri di depan altar, mengenakan setelan jas warna merah marun. Sementara calon istrinya, Richielyn Jimenez, berbalut gaun putih berbahan lace lengkap dengan veil.
Sebuah pernikahan yang sepertinya terlihat sempurna. Hanya saja, Richielyn tidak berdiri berdampingan dengan Ryan di depan pendeta. Kekasihnya itu terbujur kaku di dalam peti mati. Air mata Ryan pun menetes melihat pemandangan menyedihkan itu.
Kisah haru pasangan Ryan dan Richielyn viral setelah apa yang dialami sang mempelai wanita. Beberapa minggu sebelum hari pernikahan mereka yang rencananya digelar 21 Desember 2019, Richielyn harus pergi meninggalkan Ryan untuk selamanya.
Ryan pun membagikan kisah cintanya di laman Facebook, untuk sedikit mengobati rasa rindu dan sedihnya karena kehilangan kekasih. Ryan dan Richielyn bertemu saat keduanya bekerja di kantor yang sama. Benih-benih cinta tumbuh di hati Ryan karena seringnya mereka bersama-sama. Hingga pada akhirnya, Ryan berhasil menyatakan perasaannya dan disambut dengan jawaban ‘iya’ dari Richielyn.
Pada Januari 2019, keduanya bertunangan. Tak berapa lama setelah itu, Richielyn mengandung anak Ryan, yang menambah kebahagiaan pasangan muda tersebut.
Namun rasa bahagia itu tak berlangsung lama. Richielyn mengalami keguguran tiga bulan setelahnya. Tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan karena kehilangan calon bayi, keduanya pun mulai merencanakan pernikahan mereka.
Segala persiapan telah dilakukan. Mulai dari menjahit baju, membayar yang muka untuk sewa tempat, resepsi, juga suvenir pernikahan. Hari bahagia itu dijadwalkan digelar pada 21 Desember 2019.
Namun pada Oktober 2019, Ryan mendapati perut Richielyn bertambah besar dari hari ke hari, tapi bukan karena hamil. Setelah memeriksakan diri ke dokter, Richielyn didiagnosa ascites, penumpukan cairan abnormal pada perut. Dokter pun melakukan tindakan untuk mengeluarkan cairan dari perut dan paru-parunya.
Beberapa hari setelah keluar dari rumah sakit, Richielyn kembali dilarikan ke rumah sakit karena sakit kepala hebat, pemeriksaan pun kembali dilakukan untuk mengetahui kondisinya. Otak Richielyn ternyata mengalami pembengkakan dan dia didiagnosa TB meningitis.
Dokter memprediksi harapan hidup Richielyn hanya 30:70. Berminggu-minggu merasakan sakit, Richielyn mengalami koma. Berbagai tindakan telah dilakukan para dokter untuk mengurangi penumpukan cairan dan bengkak di otaknya, namun nyawa Richielyn tak tertolong.
Sebelum meninggal, Richielyn sempat meminta agar Ryan menguburkan jasadnya di samping bayinya yang telah pergi lebih dulu. Pemakaman Richielyn pun menjadi ‘pernikahan’ paling menyedihkan bagi Ryan, yang berada di sisinya di depan altar, untuk mengantarkannya ke liang lahat.