Ia mengakui, pada tahun 2002 pendataan PNS masih dilakukan secara manual. Proses ini pun memakan waktu lebih lama dan juga mahal. Sementara pada tahun 2014 pendataan sudah dilakukan secara elektronik, sehingga BKN bisa mendeteksi banyaknya data palsu.
“2014 dilakukan pendataan ulang secara elektronik, dilakukan PNS sendiri. Hasilnya ternyata hampir 100 ribu, tepatnya 97 ribu data itu misterius,” ujar Bima dalam Kick-off Meeting Pemutakhiran Data ASN yang digelar BKN, Senin (24/5).
Tak berhenti sampai sebatas data misterius saja, pegawai fiktif ini diakui Bima bahkan menerima gaji bulanan. Termasuk juga tercatat sebagai pegawai yang membayarkan iuran pensiunan.
Bima sendiri tidak merinci berapa besar kerugian akibat adanya PNS fiktif tersebut. Hanya saja paling tidak ada waktu lebih dari 10 tahun hingga 2014 data tersebut baru terdeteksi.
“Data itu misterius, dibayarkan gajinya, membayar iuran pensiunan tapi tidak ada orangnya,” pungkas Bima.
Bima memastikan, saat ini pendataan ASN sudah dilakukan dengan lebih rapi lagi. Di mana selain sistem elektronik, pendataan juga dilakukan oleh PNS dan dijaga kerahasiaannya oleh BKN.
“Saat ini kita lakukan hal tersebut, sistemnya kita ubah tidak berkala tapi setiap waktu dan dilakukan oleh masing-masing ASN, kenapa begitu karena orang yang paling berhak atas datanya adalah yang bersangkutan. BKN hanya mengelola dan menjaga kerahasiaan data tersebut,” pungkas Bima.